Kamis, 30 Desember 2010

Tugas Etika Profesi Akuntansi 3

Pertanyaan :

Berikan contoh tindakan dari benturan kepentingan antara pegawai dan perusahan, minimal 4 dari kategori situasi yang ada!!

Jawab:

Terdapat 8 (delapan) hal yang termasuk kategori situasi benturan kepentingan (conflict of interest) tertentu, sebagai berikut :

1). Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan, atau berkeinginan mengambil andil di dalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing (competitor). Contoh : Pegawai memberikan jasa kepada klien tanpa sepengetahuan perusahaan.


2) Segala kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Contoh : Pegawai menggunakan asset perusahaan (mobil) untuk keperluan pribadi yaitu misalkan buat jalan-jalan.


3) Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada hubungan keluarga (family), atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut.Contoh : Pegawai memperkerjakan sanak saudara tanpa terlebih dahulu memperoleh ijin.


4) Segala posisi dimana karyawan & pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh atau kontrol terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih ada hubungan keluarga . Contoh :


5) Segala penggunaan pribadi maupun berbagi atas informasi rahasia perusahaan demi suatu keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang milik perusahaan atau produk, yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut. Contoh : Pegawai menyebarluas kan resep makanan kepada perusahan makanan lain.


6) Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang menguntungkan pribadi. Contoh : Pegawai menjual barang yang melebihi harga yang di tetapkan perusahaan.


7) Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak ketiga yang berhubungan dengan perusahaan. Contoh : Seorang pegawai menerima jabatan atau pekerjaan diluar perusahaan tanpa memperoleh ijin


8). Segala aktivitas yang terkait dengan insider trading atas perusahaan yang telah go public, yang merugikan pihak lain.

Selasa, 30 November 2010

1. Sebutkan beberapa contoh penerapan moral dalam dunia bisnis, minimal 3!

Jawab :

· Moral Bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang bermoral adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Moral adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang bermoral.

· Moral Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Moral juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan. Singkatnya, ruang lingkup Moral bisnis itu universal.

· Moral Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang bermoral harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Moral menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.

2. Sebutkan contoh dari hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis, minimal 3!

Jawab :

· Pengendalian Diri, contohnya: seorang Pebisnis tidak boleh menerima suap dari siapapun

· Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”, contohnya: Seorang Pengusaha tidak boleh menebang hutan atau membuang limbah pabik ke laut demi kepentingan perusahaan.

· Menciptakan persaingan sehat, contohnya: Dalam memasang iklan produk seorang pengusaha tidak boleh menjelek-jelekkan produk lain dari lawan bisnisnya.

3. Jelaskan dan berikan contoh dari 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh sebuah profesi!

Jawab :

· Kredibilitas : Bahwa masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi yang dimiliki sebuah profesi. Contoh :Seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya harus dapat dipercaya oleh atasanya, jika dia dipercaya oleh atasanya maka jabatan dia akan dinaikkan.

· Profesionalisme : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.contoh : Seorang dokter harus bersifat professional dalam menjalankan profesinya, tidak boleh membeda-bedakan pasien yang ingin berobat.

· Kualitas Jasa : Adanya keyakinan bahwa semua pelayanan yang diberikan pelaku sebuah profesi memenuhi standar kinerja yang tinggi. Contoh :dalam melakukan suatu usaha atau bisnis dapat menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas baik, agar konsumen tertarik dan terus menggunakan barang atau jasa yang kita bisniskan.

· Kepercayaan : Pemakai jasa harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika professional yang melandasi pemberian jasa. Contoh : dalam menjalankan profesi harus memiliki kepercayaan kepada semua orang.

Kamis, 18 November 2010

Normalisasi Data

Pentingnya Normalisasi Data

Tabel basis data yang didesain dengan baik sangat penting untuk keberhasilan DBMS. Tabel yang tidak didesain dengan baik akan menyebabkan masalah operasional yang membatasi, atau bahkan menghalangi, akses para pengguna ke informasi yang mereka butuhkan. Normalisasi data adalah proses yang mendorong desain basis data secara efektif dengan mengelompokkan berbagai artibut data ke dalam berbagai tabel yang sesuai denga kondisi tertentu yang berhubungan dengan praktik terbaik dalam desain file basis data. Biasanya, para desainer basis data akuntansi menormalisasi data ke dalam tingkat yang disebut bentuk normal ketiga (third normal form-3NF).

Tabel-tabel yang belum dinormalisasi biasanya dikaitkan dengan tiga jenis masalah yang disebut sebagai anomali: anomali pembaruan, anomali penyisipan, dan anomali penghapusan. Salah satu atau lebih dari ketiga anomali ini akan berada dalam tabel-tabel yang dinormalisasi ke tingkat yang lebih rendah, seperti ke bentuk normal pertama (first normal form-1NF) dan bentuk normal kedua (second normal form-2NF), tetapi tabel 3NF telah bebas dari ketiga anomali tersebut.

Anomali Pembaruan

Anomali pembaruan berasal dari rangkapan data dalam tabel yang belum dinormalisasi. Untuk dapat secara lebih abik melihat implikasi anomali penbaruan, bayangkan kondisi sesungguhnya di mana pemasok dapat memasok 10.000 barang persediaan yang berbeda. Pembaruan apapun atas sebuah atribut harus dilakukan sebanyak 10.000 kali.

Anomali Penyisipan

Untuk menunjukkan pengaruh dari anomali penyisipan, asumsikan bahwa pemasok baru telah masuk ke pasar. Perusahaaan belum melakukan pembelian dari pemasok tersebut, tetapi ingin melakukannya di masa mendatang. Sementara ini, perusahaan ingin menambah dulu ke dalam basis datanya, data pemasok tersebut. Hali ini, tidak dapat dilakukan karena kunci primer untuk record persediaan adalah Nomor Barang yang timbul setelah dilakukannya pembelian dari pemasok tersebut, maka pemasok tidak dapat ditambahkan ke dalam basis data tersebut.

Anomali Penghapusan

Anomali penghapusan melibatkan penghapusan data secara tidak sengaja data dari suatu tabel. Sebagai gambaran, bayangkan Nomor Pemasok 27 menyediakan hanya satu jenis barang untuk perusahaan: Nomor Barang 1. Jika perusahaan tidak lagi membutuhkan barang persediaan ini dan menghapusnya dari tabel terkait, maka data yang berkaitan dengan Nomr Pemasok 27 juga akan dihapus.

Keberadaan anomali penghapusan lebih sulit ditemukan, akan tetapi berpotemsi menimbulkan masalah yang lebih serius daripada anomali pembaruan dan anomali penyisipan. Anomali penghapusan dapat tetap tidak terdeteksi, dan pengguna mungkin saja tidak menyadari hilangnya data yang penting hingga sudag terlambat. Basis data yang distrukturisasi secara kurang baik, dapat mengakibatkan hilngnya record akuntansi penting secara tidak sengaja serta menghancurkan jejak audit. Oleh karenanya, akuntan haurs menyadari bahwa desain tabel-tabel basis data memiliki peran penting pengendalian internal.

Proses Normalisasi

Peniadaan ketiga anomali di atas melibatkan suatu proses yang secara sistematis akan memecah tabel-tabel yang rumit yang belum dinormalisasi ke dalam beberapa tabel yang lebih kecil, hingga memenuhi kedua syarat di bawah ini:

1. Semua atribut nonkunci dalam tabel bergantung pada kunci primer

2. Semua atribut nonkunci bebas dari atribut nonkunci lainnya

Dimisalkan, ada dua rangkaian data berbeda yang belum dinormalisasi: data mengenai persediaan dan data mengenai pemasok. Atribut nonkunci Nama Pemasok, Alamat Pemasok, Nomor Telepon Pemasok tidak bergantung pada kunci primer Nomor Barang. Sebagai gantinya, atribut-atribut ini bergatung pada atribut nonkunci lainnya, yaitu No. Pemasok. Solusinya adalah mengeluarkan data pemasok dari tabel tersbut dan memasukkannya dalam tabel terpisah, yang akan disebut tabel Pemasok.

Ketika tabel yang belum dinormalisasi dipecah menjadi dua atau lebih menjadi tabel yang dinormalisasi, tabel-tabel hasil normalisasi tersebut kemudian harus dihubungkan dengan satu atau lebih atribut bersama yang disebut kunci luar melekat.

Contoh, melalui tabel penghubung (Barang/Pemasok), setiap record persediaan dapat dihubungkan ke tiap pemasok barang tersebut, dan semua pemasok dapat dihubungkan ke barang persediaan yang mereka pasok. Contohnya, dengan mencari di tabel Persediaan untuk Nomor Barang 1, dapat dilihat bahwa Nomor Pemasok 22, 24, dan 27 dapat memasok barang ini. Jika dicari dari sisi yang berbeda, pemasok 28 menyediakan barang persediaan dengan nomor 2 dan 3.

Proses di atas telah menjelaskan ketiga anomali yang telah ditiadakan. Pertama, anomali pembaruan telah diatasi karena data mengenai tiap pemasok hanya ada dalam satu lokasi, yaitu tabel Pemasok. Perubahan apa pun atas data mengenai tiap pemasok, hanya akan dilakukan sekali, berapa pun barang yang disediakan bagi perusahaan. Kedua, anomali penyusupan telah diatasi karena pemasok baru dapat ditambahkan ke dalam tabel Pemasok, meskipun pemasok baru tersebut saat ini belum memasok barang ke perusahaan. Contohnya, Nomor Pemasok 30 tidak memasok barang, tetapi Nomor Pemasok 30 sudah dapat dicatat dalam tabel Pemasok. Terakhir, anomali penghapusan juga telah ditiadakan. Keputusan untuk menghapus suatu barang persediaan dari basis datanya, tidak akan mengakibatkan penghapusan secara tidak sengaja data pemasoknya, karena data ini berada dalam tabel yang berbeda yang independen.

Referensi :

Buku 1: information technology auditing and assurance ..pengarang hall singleton…penerbit salemba 4….tahun 2007…

Beberapa jenis pendekatan dalam audit

Apabila auditor menggunakan teknik audit berbatuan komputer, maka auditor dapat memilih pendekatan yang digunakannya, apakah untuk menguji pengendalian aplikasi atau melakukan pengujian subtantif. Pendekatan berikut adalah untuk pengujian pengendalian aplikasi :

a) Test Data

Metode ini menggunakan data masukan yang telah dipersiapkan auditor dan menguji data tersebut dengan salinan (copy) dari perangkat lunak aplikasi auditan.

b) Integrated Test Facility (ITF)

Adalah suatu pendekatan teknik terotomasi yang memungkinkan auditor menguji alur logika dan kendali suatu aplikasi pada saat operasi normal berlangsung.

c) Paralllel Simulation (PS)

Pendekatan ini mengharuskan auditor untuk membuat suatu program yang menyimulasikan fungsi utama tertentu dari aplikasi yang sedang di uji.

Sedangkan untuk melakukan pengujian subtantif (misalnya setail transaksi atau saldo perkiraan), auditor dpat memilih teknis:

a) Embedded Audit Module (EAM)

Merupakan suatu teknik dimana satu atau lebih modul program terte ntu dilekatkan di suatu aplikasi untuk mencatat secara tersendidi serangkaian transaksi yang telah ditentukan ke dalam file yang akan dibaca oleh auditor.

b) Generalized Audit Software (GAS)

Adalah pendekatan yang menggunakan suatu perangkat lunak tertentu yang dimanfaatkan untuk menyeleksi, mengakses, mengorganisasikan data untuk kepentingan pengujian subtantif.